Tim peneliti Indonesia berhasil mengembangkan teknologi bioremedial
yang dapat berguna untuk mengatasi pencemaran laut. Teknologi ini
semacam kultur bakteri yang akan menyerap bahan pencemar di sekitarnya.
Teknologi bioremedial ini, selain diaplikasikan di laut juga dapat
diterapkan di daerah genangan lumpur Lapindo. Bakteri-bakteri yang
dibudidayakan tersebut ini bisa memisahkan lumpur dan air sehingga
nantinya akan menjernihkan dan menteralkan genangan lumpur disana.
Menurut Edison Effendi, salah seorang peneliti bioteknologi dan teknik
lingkungan. Setelah lumpur terserap, daerah bekas genangan lumpur dapat
ditebar benih ikan. Mikroorganisme ini ketika makan minyak maka akan
menghasilkan semacam liur, dan liur ini yang nantinya akan digunakan
untuk menyerap lumpur.
Teknologi ini dikembangkan sejak tahun 1998 oleh tim dari ITB yang
bekerja sama dengan Balai Penelitian Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Bioremedial yang terdiri dari 100 macam bakteri dan mikroorganisme
berbentuk seperti "serbuk / remah gergaji" yang disebar untuk menyerap
limbah minyak di permukaan laut. Dengan sendirinya laut yang tercemar
kemudian akan menjadi bersih. Setelah menyerap ampas minyak,
mikroorganisme tersebut dapat digunakan sebagai makanan ikan laut dan
udang. Proses dari ditaburkan hingga menyerap minyak dengan sempurna
kira - kira memakan waktu kurang lebih 1 minggu.
Teknologi baru ini telah diperkenalkan kepada Menteri Kelautan dan
Perikanan, Fadel Muhammad pada acara temu nelayan di Pelabuhan Perikanan
Samudra Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara, Rabu 18 Juni 2010.
"Saya kaget Indonesia bisa buat ini. Teknologi ini adalah hasil karya
anak bangsa dan pertama di dunia. Kalau berhasil, saya akan sebar
bakteri ini pertama kali di daerah Timor karena di sana sedang tercemar
lautnya," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar