KH. Nur Hasanuddin
Pengasuh PP. Darussa’adah, Gubuk Klakah Tumpang Malang
Suatu ketika dihadapkan kepada Rasululah
beberapa tawanan perang. Diantara para tawanan itu ada seorang ibu yang
menyusui anaknya. Setiap ia melihat bayinya ia dekap erat-erat bayi itu.
Kemudian Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat: “Apakah kalian
mengira ia akan melemparkan anaknya kedalam kehancuran?”. Para sahabat
pun menjawab, tentu tidak ya Rasulullah. Kanjeng nabi kemudian bersabda:
“Sesungguhnya Allah lebih sayang kepada hamba-Nya melebihi kasih sayang
orang peremnpuan itu terhadap anaknya” Di dalam Al-Quran tidak kurang
dari 75 ayat yang menjelaskan tentang kasih sayang Allah kepada
hamba-Nya. Di antaranya: “Katakanlah: Hai Hamba-hambaKu yang melampaui
batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat
Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)
Sebegitu sayangnya Allah kepada kita, hingga Allah masih berkenan
mengampuni dosa kira jika kita mau bertaubat. Janganlah kita sia-siakan
kasih sayang Allah itu, janganlah kita balas kasih sayang Allah itu
dengan perbuatan yang membuatNya murka kepada kita
Rasulullah diutus oleh Allah dengan membawa dan menebarkan rahmat dan
kasih sayang, terutama kepada ummatnya. Sebagaimana pengakuan
Rasulullah: “Innnamaa anaa rohmatun muhdaah” (Sesungguhnya saya ini
adalah rahmat yang dihadiahkan) (HR Bukhori dan Muslim). Pada hakikatnya
Allah tidak menginginkan ummat ini terjerumus dalam jurang kesesatan.
Namun manusialah yang cenderung menuruti hawa nafsunya. Padahal nafsu
itu cenderung mengajak manusia kepada keburukan sehagaimana yang
diungkapkan oleh nabi Yusuf: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari
kesalahan), karena sesungguhnya, nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Dailah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ” (QS. Yusuf : 53)
Kasih sayang Rasulullah juga tercurah untuk keselamatan ummatnya.
Bagaimana beliau sholat tahajjud setiap malam, bermunajat, memintakan
hidayah dan keselamatan bagi umatnya kepada Allah sampai-sampai kaki
beliau bengkak. Bahkan ketika maliakat Izroil me nemui Rasulullah untuk
mencabut nyawa beliau, dalam detik-detik kewafatannya itu, beliau terus
mengingat umatnya, bukan orang tua, bukan istri maupun anak-anaknya.
Beliau memanggil-manggil: “Umatku.. umatku…” Sampai terucaplah do’a di
akhir hayat beliau: “Allahumma tsaqqil ‘alayya wa khoffif ‘alaa ummati ”
Artinya: Ya Allah pikulkanlah beratnya sakaratul maut ummatku kepadaku,
dan ringankanlah sakaratul maut ummatku Oleh karena itu, kalau kita
melihat orang tua kita, saudara kita, tetangga kita, teman dekat kita
atau kita saat naza’ (menghadapi sakaratuul maut) merasakan ringan dan
mudah saat dicabutnya ruh oleh malaikat izroil, semua itu bukanlah
lantaran: sregepnya mereka atau kita ibadah atau banyaknya amal kebaikan
mereka, namun disebabkan doa Rasulullah yang dipanjatkan beliau saat
mengahadapi sakaratul maut. Itulah suatu pertanda bahwa Rasulullah
sangat sayang kepada umatnya. Termasuk kasih sayang beliau yaitu
syafa’at yang beliau berrikan kepada umatnya. Ketahuilah bahwa pada
nantinnya umat nabi Muhammad saw ada yang masuk surga karena rahmat
Allah, adapula yang masuk surga karena syafa’at Rasululah. Allah begitu
sayang kepada hamba -Nya, berapa banyak nikmat yang telah diberikan
kepada kita, mari kita menjemput rahmmat Allah dengan pengabdian dan
ketaatan kepada-Nya. Begitu pula Rasulullah, kasih sayangnya kepada
ummatnya, kepada kita sangat besar, mari kita membalasnya, meraih
syatfaatnya dengan mengikuti ajaran dan sunnah-sunnahnya, memperbanyal
sholawat kepadanya. Semoga kita selalu dinaungi rahmat Allah dan kelak
mendapat syafa’at dari Rasulullah. Amin.