Dalam menemukan teknologi baru, manusia dan alam semesta selaku ciptaan
Tuhan saling serasi. Kadang manusia yang lebih dulu menemukan suatu
teknologi, tetapi ternyata alam sudah lebih dulu memakainya.
Kelihatannya dalam lomba ini, manusia yang menemukan suatu
prinsip dalam teknologi, padahal sebenarnya sudah ada di alam karena
Tuhan memang sudah menetapkan hukum atasnya demikian, sedangkan manusia
belum lama memulainya. Umat manusia dengan berbagai penemuan baru
terus berinovasi dan mempelajarinya dari alam. Contohnya roda bulat,
roda diperlukan untuk mempercepat jalannya suatu benda. Mesin uap
untuk menggantikan tenaga kuda, motor bahan bakar untuk menghasilkan
tenaga yang menggantikan mesin uap. Begitu juga roket persawat terbang,
termasuk pesawat ulang-alik untuk mencapai bulan. Semua itu tidak
disediakan alam begitu saja, tapi ketahuilah bahwa ciptaan Tuhan sudah
sejak diciptakannya memakai teknologi yang baru diketemukan itu.
Teknologi Dari Alam
Setelah dipelajari lebih dalam, ternyata alam lebih sudah lengkap
menyediakannya. Prinsip kerja daya dorong roket ternyata sudah dipakai
lebih dulu oleh ubur-ubur. Ide dasar dalam pembakaran dua bahan kimia
menjadi bahan bakar roket dalam satu ruang yang sama, ternyata juga
digunakan oleh kumbang pembom Brachynus crepitans.
Di Jepang, sebuah kamar hotel supermurah yang dibangun khusus
untuk ukuran tubuh manusia. Kondisi kamar itu diberi lampu untuk
membaca dengan fasilitas pesawat TV pada dindingnya, tetapi kamar
berbentuk sel-sel itu disusun bertingkat, sehingga sangat hemat ruang.
Ini adalah suatu inovasi yang mengagumkan. Namun jangan salah, ternyata
Tuhan telah menciptakan teknologi itu lebih dulu pada lebah. Sel yang
dibangun pada kamar hotel tersebut dipakai juga oleh lebah yang pas
untuk badan seekor lebah yang mau tidur.
Begitu
juga simpul tali tambang untuk mengikatkan sesuatu. Sebuah kapal laut
yang besar misalnya, semakin banyak lingkaran tali sebagai simpul pada
tiang tambatan pada dermaga, makin makin kuat tali tersebut mengikat si
kapal itu. Lain pula halnya dengan Liana, sejenis tanaman pemanjat
yang banyak tumbuh di hutan belantara. Tanaman ini juga sudah lebih
dulu menerapkan teknologi agar bisa kokoh tertambat pada batang pohon
lain di sekitarnya. Semakin banyak melilitkan akarnya, maka semakin
kokoh tanaman ini menahan tarikan atau hembusan angin.
Lain pula halnya dengan kabel telepon yang kita kenal
berbentuk spiral dimana sejak tahun 40-an (di Amerika) telah dipakai
untuk menggantikan kabel kuno yang gepeng itu, ternyata juga sudah
digunakan oleh tanaman markisah Passiflora vividiflora untuk mengaitkan
rantingnya pada tanaman di sekitarnya. Makdud tanaman ini berbuat
demikian adalah karena tumbuhan ini di hutan belantara selalu diterpa
angin, sehingga perlu fleksibilitas tinggi agar tidak putus bila
sewaktu-waktu datang hembusan angin yang kuat.
Di bidang olahraga, misalnya lomba loncat galah di suatu arena
atletik. Pemakaian galah kayu yang mampu menahan berat beban bobot
orang dewasa sehingga mampu meloncati garis ketinggian tertentu,
ternyata menggunakan teknologi daya pental batang kayu. Di alam, teori
ini digunakan batang gandum untuk menahan berat beban setiap bulir
buahnya. Berat batang gandum yang hanya 0,8 g, begitu juga galah tadi
yang beratnya hanya 2 kg mendasari prinsip kerjanya yang sama. Bentuk
pembuluh yang ada pada kedua bidang tersebut dapat menghemat bobot,
begitu juga pada jaringan kayu yang tahan tarikan, sehingga membuat
batang tersebut memiliki stabililtas yang luar biasa. Dan keduanya dapat
memantulkan beban yang beberapa kali lebih besar dari bobot
sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar